JAKARTA, KOMPAS.com - Gabungan Pelaksana Konstruksi Seluruh Indonesia (Gapensi) memperkirakan, pasar konstruksi tahun ini bisa mencapai Rp 180 triliun. Nilai ini naik 5 persen ketimbang tahun lalu sebesar Rp 171,52 triliun.
Dari perkiraan pasar konstruksi sebesar Rp 180 triliun tersebut, porsi proyek pemerintah mencapai 52 persen atau Rp 93,6 triliun. Sementara Rp 86,4 triliun sisanya akan diperoleh dari proyek-proyek swasta.
Besarnya nilai proyek konstruksi nasional tahun ini, menjadi peluang bagi para kontraktor nasional. "Nilai pasar konstruksi ini seharusnya dapat dimanfaatkan badan usaha jasa konstruksi nasional, terutama golongan kecil," kata Ketua Umum Gapensi Soeharsojo, Rabu (19/1).
Menurut Soeharsojo, kontraktor kecil harus pandai memanfaatkan peluang proyek. Caranya, dengan menerapkan kebijakan sistem pembagian proyek (slice packaging). Tanpa itu, kontraktor kecil dan menengah (UKM) sulit bersaing. Sebab, perusahaan kecil, tentu tidak bisa ikut menggarap proyek berskala besar.
Kontraktor optimistis
Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya Tbk Kurnadi Gularso bilang, prospek bisnis konstruksi tahun ini memang terbilang cerah. Ini terlihat dari prognosa bisnis yang disusun Adhi Karya.
Pada prognosa itu, Adhi Karya menargetkan tahun ini bisa memperoleh kontrak senilai Rp 8,6 triliun, naik 14,7 persen dari perkiraan 2009 sebesar Rp 7,5 triliun. Adhi Karya juga memperkirakan bisa mencetak laba sebesar Rp 140 miliar tahun ini. Ini lebih tinggi sekitar Rp 20 miliar, dibandingkan prognosa 2009, sebesar Rp 120 miliar.
"Jadi terlihat pertumbuhannya. Memang kami masih menggunakan prognosa untuk angka 2009 karena saat ini masih diaudit," ujar Kurnadi.
Adhi Karya membidik proyek infrastruktur, seperti jalan tol dan pembangkit listrik. Saat ini emiten yang di bursa dikenal dengan kode saham ADHI ini tengah menyelesaikan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 2x100 Megawatt (MW) di Lampung. Di luar negeri, Adhi sedang menyelesaikan proyek Tilal Complex di Oman senilai Rp 969 miliar. "Ini ditargetkan selesai tahun 2010," kata Kurnadi.
Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya Tbk (Wika), Natal Argawan Pardede mengatakan, prospek bisnis konstruksi tahun ini lebih bergairah ketimbang tahun lalu. Pasalnya, pemerintah menggiatkan pembangunan infrastruktur dalam program 100 hari. Tak heran, tahun ini Wika menargetkan pertumbuhan 7 persen dari tahun lalu.
Dari keseluruhan kontrak yang sudah didapat perusahaan yang di bursa dikenal dengan kode saham WIKA ini, sekitar 70 persen merupakan proyek pemerintah. Sisanya adalah proyek swasta. “Untuk proyek pemerintah itu, termasuk dari APBN, APBD, dan belanja modal (capex) BUMN,” kata Natal lagi.
Tahun ini, Wika berencana memperbesar proyek di sektor energi, seperti kelistrikan, minyak dan gas, ketimbang sektor-sektor lainnya. (Raymond Reynaldi/Fitri Nur Arifenie/KONTAN)
Bangun Rumah Tanggap Gempa
13 years ago
No comments:
Post a Comment